Rukun Warga (RW6) adalah sebuah kampung kecil di tengah-tengah perkampungan kota Sorosutan, di pusat kota Yogyakarta.
El barrio adalah sebuah jalan yang dipenuhi dengan batu-batu besar, jalan setapak dan jalan setapak. Ini adalah tempat yang relatif tenang, terpisah dari keramaian motif dan garis-garis di bagian dalam ruangan, yang menghiasi kotak-kotak warna pastel.
Ini adalah kehidupan dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Kehidupan yang tenang berkembang di dalam panggilan. Tidak ada taman, jalan setapak, atau tempat bermain. Setiap sentimeter persegi ruang ditempati oleh sesuatu. Sebuah tempat yang sempurna bagi nyamuk untuk berkembang biak, mencari makan dan menyebarkan wabah penyakit, di mana manusia merasa nyaman dan makanan yang aman tersedia setiap saat.
Ibu Sutini Sugiyanti, atau lebih akrab disapa Ibu Yanti, lebih mengenal RW6 daripada walikota. Di sinilah saya dilahirkan. Dan di sinilah saya melihat dengan jelas seluruh hidup saya.
"Ini bukan tempat yang ideal untuk seorang anak kecil," katanya. "Tidak ada tempat bermain untuk anak-anak, kita harus bermain di lorong. Tapi itu tenang dan aman".
Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, terutama demam berdarah, telah menjadi masalah besar di sini selama beberapa dekade. Tahun 2016 merupakan salah satu yang paling banyak yang dapat dicatat oleh Ibu Yanti. Ada total 1.700 kasus dan 13 kematian di seluruh kota. Sebagian besar dari mereka yang terinfeksi adalah anak-anak berusia antara 7 dan 14 tahun.
"Ada sekitar 20 kasus di seluruh wilayah kami, namun pada saat ini hanya ada sekitar satu kasus di daerah kecil ini. Zona kami dinyatakan sebagai zona nomor satu dengan jumlah kasus terbanyak yang dilaporkan dari semua zona kota. Kami sangat senang. Era como si viviéramos sucios".
Sebagai anggota yang dihormati dan dihargai oleh masyarakat setempat, Ibu Yanti juga dikenal sebagai penggerak kegiatan yang dikenal sebagai PKK. Setiap bulan kami diundang untuk menghadiri reuni di kantor desa, di mana kami membahas berbagai masalah publik dan pengumuman untuk disebarluaskan kepada masyarakat secara umum.
Pada tahun 2016, salah satu hal yang menjadi perdebatan adalah pengenalan metode Wolbachia dari World Mosquito Program dan bagaimana rumah-rumah lokal dapat berpartisipasi dalam pembebasan nyamuk pembawa Wolbachia di rumah-rumah mereka dan rumah-rumah lainnya.
Tentu saja, para pemimpin perusahaan merasa keberatan dengan program ini, dengan adanya peningkatan populasi nyamuk. Namun, jika metode ini dijelaskan lebih lanjut, maka akan semakin meningkatkan penerimaan masyarakat.
Dalam setiap proyek WMP, komunitas ini memberikan kontribusi yang sangat penting dalam pelaksanaannya. Tanpa dukungan dan partisipasi Anda, proyek ini tidak akan berhasil. Namun, setelah bertahun-tahun hidup dengan demam berdarah, para penghuni masyarakat perkotaan seperti Ibu Yanti tetap merasa yakin bahwa mereka dapat menjadi bagian dari solusi.
"Saya sangat senang bisa berpartisipasi. Setiap kali saya memiliki kesempatan, saya ingatkan kepada semua orang bahwa mereka harus mempertahankan gaya hidup yang sehat. Kami yakin bahwa ini akan bermanfaat bagi masyarakat. Kami sangat berharap untuk bebas dari nyamuk. Kita semua ingin hidup tanpa demam berdarah".